Jumat, 26 Juni 2009

LAHAN BASAH DI NAGARA


Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, tujuan kami pertama adalah kawasan Nagara. Yang pertama kami lakukan adalah mewawancarai penduduk sekitar untuk mengetahui bagaimana mereka bertahan hidup disana. Dari hasil wawancara dgn Bpa H. Muhammad diketahui bahwa Kebutuhan pokok seperti beras, gula, minyak tanah, lauk-pauk, sayuran, teh atau kopi dan lain-lain telah mencukupi atau tetap ada jarang mengalami kelangkaan. Sebagian besar para penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Keadaan disana hampir mirip dengan di pasar terapung yang ada di sungai Barito bahkan ada toko kelontong disana.Untuk aktivitas kehidupan masyarakat di daerah tersebut juga diperoleh data dari sumber yang sama yaitu: bekerja dalam 6 hari/minggu , beristirahat dalam 1 hari/minggu, rekreasi hanya pada saat Hari Libur Besar/Hari Raya dan Sosialisasi yang tetap ada pada saat acara keagamaan dan acara sosial di desa.
Rawa Nagara adalah rawa yang terbentuk akibat Rawa Nagara merupakan salah satu sudut di cekungan Barito dan rawa seluas hampir 1 juta hektar ini berfungsi menghambat banjir dari luapan sungai di daerah tangkapan air. Susahnya adalah sungai sekaligus rawa Nagara ini dimanfaatkan oleh warga untuk keperluan sehari-hari bahkan untuk beternak kerbau rawa.

Inilah yang kami temukan sepanjang menyusuri rawa Bangkau di Nagara. Banyaknya Jamban untuk MCK serta adanya Peternakan Kerbau rawa. Sehingga tidak heran apabila tingkat pencemaran air di rawa Bangkau serta Sungai Nagara
termasuk tinggi. Banyaknya limbah rumah tangga serta Limbah pabrik industri yang mengakibatkannya. Warga sekitar telah terbiasa dgn budaya yg bergantung pada sungai atau rawa bangkau. Inilah yang diperlukan campur tangan Pemerintah dan instansi terkait untuk mengubah budaya ini.
Tetapi di rawa bangkau ada banyak Eceng Gondok yang tidak dimanfaatkan hanya dib
iarkan tumbuh disana sini. Sebenarnya Eceng Gondok dapat dimanfaatkan untuk kerajinan rumah tangga dan sudah pernah dilakukan oleh beberapa org. Tentunya ini perlu dukungan dari beberapa pihak terutama PEMERINTAH daerah.
















Pemanfaatan Energi Sinar Matahari untuk Energi listrik di Rawa Bangkau Dari observasi yang telah dilakukan sebagai mahasiswa dari program studi Fisika FMIPA UNLAM kami menemukan satu hal yang dapat dimanfaatkan dari daerah Rawa Bangkau ini, tentunya disamping banyaknya manfaat-manfaat lain yang dapat di angkat dari daerah ini. Pembuatan Energi Listrik Bantuan dari Sel Surya merupakan salah satu hal yang menarik bagi fisika. Walaupun telah diketahui sebelumnya bahwa di daerah ini memang sudah pernah memanfaatkan sel surya sebagai pembangkit listrik bantuan, namun hal itu tidak menyurutkan hasrat kami untuk melakukan observasi lebih mendalam. Karena pemanfaatannya yang masih kurang, jadi kamipun berfikiran nuntuk dapat memaksimalkan tenaga surya yang ada.
Energi adalah satu kata yang mempunyai makna sangat luas karena tidak ada aktivitas di alam raya ini yang bergerak tanpa energi dan itulah sebabnya kata salah seorang professor di Jepang bahwa hampir semua perselisihan di dunia ini, berpangkal pada perebutan sumber energi.

Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu non-renewable energy dan renewable energy. Sumber energi fosil adalah termasuk kelompok yang pertama yang sebagaian besar aktivitas di dunia ini menggunakan energi konvensional ini.Sekitar tahun delapan puluhan ketika para ahli di Indonesia menawarkan sumber energi alternatif yang banyak digunakan di negara maju yaitu nuklir, banyak terjadi pertentangan dan perdebatan yang cukup panjang sehingga mengkandaskan rencana penggunaan sumber energi yang dinilai sangat membahayakan itu. Diantara usulan yang banyak dilontarkan kala itu adalah mengapa kita tidak menggunakan sumber energi surya. Memang tidak diragukan lagi bahwa solar cell adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa yang akan datang, karena tidak ada polusi yang dihasilkan selama proses konversi energi, dan lagi sumber energinya banyak tersedia di alam, yaitu sinar matahari, terlebih di negeri tropis semacam Indonesia yang menerima sinar matahari sepanjang tahun.Permasalahan mendasar dalam teknologi solar cell adalah efisiensi yang sangat rendah dalam merubah energi surya menjadi energi listrik, yang sampai saat ini efisiensi tertinggi yang bisa dicapai tidak lebih dari 20%, itupun dalam skala laboratorium. Untuk itu di negara-negara maju, penelitian tentang solar cell ini mendapatkan perhatian yang sangat besar, terlebih dengan isu bersih lingkungan yang marak digembar gemborkan.
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran electron, nah aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik. Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber (penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang elektromagnetik. Oleh karena itu absorber disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar